Kamis, 27 Desember 2007

Apa Arti Mutu Bagi Bisnis/Perusahaan Anda?

Mutu adalah sesuatu yang abstrak jika kita tidak bisa mengukurnya. Dari sisi apa kita mengukur mutu suatu produk? Umumnya perusahaan melihat mutu produk dari sudut pandang pelanggannya karena mutulah yang menjadi patokan bagi pelanggan untuk menggunakan produk/jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Dalam era kompetisi yang begitu ketat, mutu menjadi keharusan agar bisnis bisa tetap bertahan bahkan untuk menjadi pemimpin pasar. Jika dilihat dari dimensinya, mutu bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti: bentuk fisik dari produk, brand image, kelebihan dari sisi fungsi produk sampai dengan pelayanan purna jual dan kecepatan dalam merespon keluhan pelanggan.

Bagaimana menciptakan mutu?

Mutu tidak bisa timbul dengan sendirinya. Mutu haruslah diciptakan dan dipertahankan. Proses penciptaannya merupakan mata rantai yang ada di dalam proses bisnis anda. Rantai itu berawal dari pemasok (supplier), proses produksi, proses pengawasan kualitas, proses penyimpanan, proses distribusi, proses penjualan dan fungsi-fungsi pendukung yang ada di perusahaan, seperti: divisi human resources, keuangan dan IT. Masing-masing mata rantai tersebut menciptakan mutu produk/jasa yang akan sampai ke tangan pelanggan anda. Agar semua itu dapat tercipta maka harus ada dukungan dari manajemen puncak terutama program-program yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem manajemen mutu.

Bagaimana menciptakan sistem manajemen mutu?

Banyak program/sistem manajemen mutu yang diterapkan di berbagai perusahaan, apakah itu yang disebut Kaizen, Lean, JIT, Six Sigma, ISO 9000 atau 5S. Bahkan ada perusahaan yang mengadopsi beberapa sistem sekaligus untuk mencapai hasil yang terbaik. Jika diperhatikan keseluruhan sistem tersebut, semuanya menggunakan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) sebagai acuan untuk menciptakan mutu sekaligus untuk melakukan peningkatan kinerja ke arah yang lebih baik. Tanpa SOP yang terdokumentasi dengan baik apakah mungkin mutu diciptakan? Tentunya sulit karena standar kerjanya saja belum jelas bagaimana mungkin bisa mempertahankan mutu atau bahkan melakukan proses perbaikan.